Yups! - Pembangunan terus terjadi hingga ke tempat-tempat yang dulunya tidak terjangkau. Agar kota terus berkembang, mau tidak mau masyarakat kecil akhirnya juga harus mengikuti perkembangan zaman.
Meski begitu, sebagian orang ternyata juga cukup gigih menolak rumah mereka digusur atau dipindahkan. Berikut ini beberapa orang yang bertahan dan menolak pembangunan meski pihak pengembang juga sudah melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan lahan mereka.
1. Luo Baogen, Peternak Bebek
Bukanlah hal yang aneh bahwa produktifitas Tiongkok sering berseteru dengan tradisi dan agrikultur negara tersebut. Rumah milik Luo Baogen tersebut berada tepat di jalur pembangunan jalan tol, tapi ia tetap tidak mau memindahkan rumahnya.
2. Sudut Jutaan Dollar
Pada tahun 1911, sebidang tanah seluas 111 meter persegi di daerah 34th dan Broadway dibeli oleh seorang pria. Ia kemudian menolak menjualnya ke perusahaan Macy yang terletak tepat di samping dan belakangnya. Hingga kini, tanah kecil tersebut masih menjadi milik perusahaan yang berbeda.
3. Rumah yang Menginspirasi Film Up
Kabarnya, wanita bernama Edith Masefield dan rumahnya menjadi inspirasi setidaknya untuk sebagian kisah film Up. Rumahnya berada tepat di pusat kota Seattle diantara gedung pertokoan yang tinggi besar. Meski rumahnya sudah ditawar hingga 1 juta dollar, ia tetap menolak.
4. Rumah di Washington DC
Austin Sprigg, seorang warga Washington DC ditawari uang sebesar 3 juta dollar untuk rumahnya yang terletak di lokasi strategis real estate. Beberapa orang mengatakan bahwa ia bertahan untuk mendapatkan uang yang lebih besar. Tapi pada akhirnya kota memilih untuk membangun di luar area rumahnya dan membatalkan penawaran awal.
5. Bertahan Demi Menjaga Artefak Suku Amerika Asli
Ishmael Bermuda dari Miami, Florida memutuskan untuk mempertahankan propertinya yang terletak di pusat kota untuk alasan yang sangat mulia yaitu melindungi sejarah suku asli Amerika yang terkubur di bawah propertinya.
Bermuda khawatir pembangunan tidak akan mempedulikan artefak bersejarah yang ditemukan di rumahnya sehingga ia menolak menjual rumahnya meskipun ia ditawari uang sebesar 1,8 juta dollar.
6. Desa Yangji
Terkadang pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pembangunan menjalankan taktik yang tidak bersahabat bahkan terkesan kejam. Di desa Yangji misalnya yang sudah berdiri selama 900 tahun, pegawai konstruksi memutuskan untuk membangun parit di sekitar bangunan yang tersisa agar penduduk mau pergi. Ketika tidak berhasil, mereka memotong saluran listrik dan air penduduk hingga beberapa kali.
7. Rumah di Antara Pencakar Langit
Sepasang suami istri asal Tiongkok, menolak untuk memberikan rumahnya demi pembangunan gedung pencakar langit. Mereka terus berjuang mempertahankan rumahnya meski di sekelilingnya telah berdiri gedung-gedung tinggi. Pasangan tersebut diancam dan beberapa kali sebagian rumahnya dihancurkan secara ilegal. Pada akhirnya saluran listrik dan air diputus dan mereka dipaksa keluar dari rumah tersebut.
8. Wu Ping yang Menjadi Sensasi Internet
Wu Ping segera menjadi sensasi internet hanya dalam waktu semalam ketika ia menolak pergi gara-gara wilayah rumahnya akan dibangun sebuah pusat perbelanjaan. Pada akhirnya, Wu Ping dan suaminya menerima sejumlah uang dan rumahnya dihancurkan. Tapi untuk beberapa waktu, ia menarik simpati dunia.
9. Luoyang, Tiongkok
Terkadang, pemerintah Tiongkok mampu mengganggu pemilik rumah agar mau menjual propertinya hanya dengan cara menyelesaikan pembangunan. Gambar di bawah menunjukkan bagaimana jalan tol tetap dibangun tepat di di depan pintu si pemilik rumah.
10. Apartemen di Guangzhou
Terkadang tekat kuat mereka yang tidak ingin meninggalkan rumahnya berhasil mengatasi proses pembangunan yang ada. Bangunan yang ada di Guangzhou ini misalnya membuat jengkel perusahaan konstruksi dengan kegigihan mereka hingga akhirnya jalan tol dibangun melingkar mengelilingi gedung tersebut.
Pembangunan adalah salah satu hal yang tidak bisa dihindari seiring dengan terus berkembangnya sebuah kota. Namun seharusnya masalah pemindahan memang bisa dibicarakan dengan baik-baik oleh kedua belah pihak. Jika pemerintah sudah menyediakan pengganti yang sebenarnya memadai, mengapa tidak bekerja sama dengan pembangunan? Sedangkan untuk pemerintah, sudahkah penggantian yang dilakukan memadai? Kedua hal tersebut harus berjalan seimbang untuk menghindari konflik.
(Blz)
Komentar
Posting Komentar